SUHU PERMUKAAN DAN KANDUNGAN PANAS LAUT PERAIRAN INDONESIA DALAM SATU ABAD TERAKHIR

Authors

  • Mutiara Rachmat Putri Kelompok Keahlian Oseanografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung
  • Iwan Pramesti Anwar
  • Ayi Tarya
  • Idris Mandang

DOI:

https://doi.org/10.31172/jmg.v23i2.841

Keywords:

kandungan panas laut, EN 4.1.1, tren suhu permukaan laut, Pacific Decadal Oscillation

Abstract

Histori kenaikan suhu permukaan laut (SPL) telah terjadi sejak revolusi industri dunia. Secara alamiah kejadian letusan gunung yang dahsyat dapat pula mempengaruhi suhu air laut hingga kedalaman laut tertentu. Suhu air laut ini sangat mempengaruhi kandungan panas laut, yang berperan penting dalam mengatur kondisi iklim yang terjadi di bumi. Kandungan panas laut di Perairan Indonesia dihitung menggunakan data temperatur berdasarkan data Met Office Hadley Observation “EN 4.1.1” yang merupakan hasil model numerik dan asimilasi data pengamatan, dengan resolusi ruang 1o x 1o dan rentang waktu bulanan dari tahun 1901-2015 atau selama 115 tahun. Kandungan panas laut dihitung di kedalaman 0-100 m dan total kedalaman perairan Indonesia. Kandungan panas laut permukaan di Indonesia dari tahun 1901-2015 mengalami kenaikan sebesar 2x1014 J, namun sebaliknya di kedalaman total turun sebesar -2x1014 J. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan iklim dari interaksi laut udara di permukaan laut, yang ditunjukkan pula adanya trend kenaikan SPL dalam kurun waktu 115 tahun. Pengaruh dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Sistem Arus Laut Indonesia diperkirakan menjadi penggerak utama kenaikan kandungan panas laut di Indonesia. Selama indeks Pacific Decadal Oscillation (PDO) memiliki fase positif menyebabkan turunnya kandungan panas di Perairan Indonesia dan sebaliknya fase negatif PDO menyebabkan naiknya kandungan panas laut rata-rata.

References

EPA, United States Environmental Protection Agency. 2014. Climate Change Indocators In the United States : Ocean Heat.https://www.epa.gov/climatchange/indicator

Wilis, J. K, D. Roemmich and B. Cornuelle. 2004. Interanually variability in upper ocean heat content, temperature, and thermosteric expansion on global scales. J. Geophys Res. Lett, 109, C12036, doi:10.1029/2003JC002260.

Levitus, S., J.I. Antonov, T. P. Boyer, O.K. Baranova, H.E. Garcia, R.A. Locarnini, A.V. Mishonov, J.R. Reagan, D. Seidov, E.S. Yarosh, and M.M. Zweng. 2012. World ocean heat content and thermosteric sea level change (0-2000 m), 1955-2010. Geophys. Res. Lett., 39, L10603, doi :10.1029/2012GL051106.

Hadi, S. 2010. Pengantar Oseanografi Fisis. Institut Teknologi Bandung. Hal. 219.

http://www.metoffice.gov.uk/hadobs/en4/download-en4-1-1.html (diakses 4 Juni 2017)

Good, S.A., M. J. Martin, and N.A. Rayner. 2013. EN4: Quality controlled ocean temperature and salinity profiles and monthly objective analyses with uncertainty estimates. J. Geophys. Res. Oceans, 118,6704-6716, doi:10.1002/2013JC009067.

Levitus, S.J. Antonov, and T. P. Boyer. 2005. Warming of the world ocean, 1955-2003. Geophys. Res. Lett., 32, L02604, doi:10.1029/2004GL0211592.

Susetiawan. 1997. Tinjauan Historis Industrialisasi dan Hubungan Perburuhan di Indonesia. JSP Volume 1, Nomor 1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Balmaseda, M. A., K. E Tenberth, and E. Kallen. 2013. Distinctive climate signals in reanalysis of global ocean heat content. Geophys. Res Lets, 40: 1754-1759, 10.1002/grl.50382.

Prianto, A., N.S. Ningsih, I. Sofian, F. Hanifah. 2011. Variabilitas Transpor Arus Lintas Indonesia Total: 1948-2011. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016, Data Dasar Gunung Api Indonesia, (http://pvmbg.geologi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi, diakses 26 Juli 2017)

Published

2022-06-06

How to Cite

Putri, M. R., Anwar, I. P., Tarya, A., & Mandang, I. (2022). SUHU PERMUKAAN DAN KANDUNGAN PANAS LAUT PERAIRAN INDONESIA DALAM SATU ABAD TERAKHIR. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 23(2), 93–98. https://doi.org/10.31172/jmg.v23i2.841

Issue

Section

Article